|
Identitas Mahasiswa
|
||||
Nama
|
: HERI MULADI
|
||||
NIM
|
: 3101412047
|
||||
Program Studi
|
: Pendidikan
Sejarah
|
||||
Rombel
|
: 5B
|
A.
Identitas
Buku
Judul Buku :
FAKTA DAN REKAYASA G 30 S
Penulis :
A. Pambudi
Penerbit : Medpress
Kota Terbit :
Yogyakarta
Tahun Terbit :
2011
Jumlah Halaman :
420 Halaman
Penerbit :
Yogyakarta : Medpress
B.
Isi Buku
1.
Bunuh
Diri Politik
a. Kontroversi di Balik G 30 S
1
Oktober 1965, Susana yang begitu mencekam. Dimana masyarakat mendapatkan
informasi yang membingungkan dari siaran RRI (Radio Republik Indonesia),
mengenai apa yang terjadi pada tanggal 30 september malam menjelang 1 oktober
1965 yang saat itu dikuasai oleh Letkol
untung dkk. Sebuah gerakan yang di tujukan untuk “ menyelamatkan Presiden /
Panglima Tertinggi Soekarno, dari rencana kup Dewan Jendral”. Kebingungan yang
dialami masyarakat awampun juga dirasakan oleh kalangan militer. Para pemimpin
militer saling kontak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setelah
beberapa tahun peristiwa yang membingungkan itu berlalu, semuanya menjadi
jelas. “ bahwa peristiwa pagi buta itu, di desain sebagai kup (kudeta) yang
gagal. Sebuah bunuh diri politik.
Versi pemerintahan Orde Baru menyebut gerakan itu sebagai G 30 S/PKI.
Yang di dalangi olehPartai Komunis Indonesia. Dan merupakan kup d’etat terhadap
kepemimpinan pemerintahan yang sah. sebagaimana yang banyak di pahami umum.
operasional G 30 S/PKI di pimpin oleh LetkolUntung Murtopo bin Syamsuri, Danyon
(Komandan Batalyon) I Resimen Cakrabirawa, pasukan kehormatan pengawal
presiden. Dimana pelaksana lapangannya adalah : Letnan Satu inf. Dul Arif,
Sersan Mayor Bungkus, Mayor inf. Soekirno, Pembantu Letnan Satu Soekidjan,
Pembantu Letnan Dua Djahurub, Sersan Mayor Surono, Sersan Mayor Satar, Sersan
Dua Soekarjo, Mayor inf. Bambang Soepeno, Kapten inf. Suradi, Mayor Udara
Soejono dan Mayor Udara Gatot Soekresno. Tokoh lain yang jelas keterlibatannya
dalam gerakan ini antara lain : Brigradir Jendral Soepardjo (Pangkopur II,
bawahan Mayor Jendral Soeharto), Kolonel Latif (Komandan Brigif I Kodam Jaya),
dan Syam Kamaruzaman(ketua biro PKI, Konon Pernah dekat dengan Soeharto).
Banyak pihak menilai apa yang di lakukan PKI adalah kesalahan besar bagi
PKI sendiri. karena Para elit PKI berharap mereka dapat memenangkan pemilu yang
direncanakan pada tahun 1970. Apa yang terjadi pada tanggal 30 September dan 1
oktober 1965 adalah tindakan yang menempatkan PKI dan juga para simpatisannya,
pada sebuah killing field (ladang pembantaian). Salah satu argumen yang
menyatakan mengapa PKI melakukan gerakan
tersebut. diantaranya, karena kesehatan Presiden waktu itu menurun. Dan banyak
pertanyaan siapa pengganti Soekarno setelah beliau wafat. Saat itu hanya ada 2
kandidat yakni Letjen A. Yani dan Jenderal A.H. Nasution, yang anti komunis.
Hal ini sungguh tidak di inginkan PKI karena berbagai pengalaman konfrontasi
tajam antara AD (Angkatan Darat) dan PKI. Namun ada sesuatu yang janggal dari
Gerakan 30 September ini. Di mana Gerakan ini direncanakan dan dilaksanakan
secara “ceroboh”. Diantara buktinya sebagai berikut :
Tentang eksekusi para Jenderal,. Alangkah
lebih baiknya jika para pimpinan AD dihadapkan pada Presiden Soekarno?. Sesuai
dengan pengakuan Kolonel Latif bahwa tidak ada perintah untuk membunuh para
Jenderal, mereka hanya dihadapkan pada Presiden Soekarno. Berarti ada factor X
yang menyebabkan gerombolan tersebut mengambil keputusan membunuh para
Jenderal. Mengapa nama Presiden Soekarno tidak dimasukkan dalam Dewan Revolusi
yang di umumkan Letkol Untung di RRI, Bila memang gerakan tersebut “sungguh –
sungguh untuk menyelamatkan presiden soekarno dari Dewan Jendral”.
Sebaliknya jika memang gerakan itu
dimaksudkan kudeta. Seharusnya pihak gerombolan tidak perlu meminta dukungan
presiden soekarno. Seperti yang dilakukan Brigjen Soepardjo. Yang pada pagi
hari itu ke istana untuk memberitahu Presiden mengenai gerakan tersebut.
b. Titik Kontroversi
Siapa dalang dari G 30 S sampai
sekarang belum terjawab. Ada yang berpendapat Nekolim,CIA (Central Intelegence
of Agency), ada yang berpendapat Soekarno terlibat, dan Mayjen Soeharto pun
terlibat. Dan ada yan berpendapat tidak ada dalang dari peristiwa tersebut.
Semua pihak melakukan improvisasi atas perkembangan penting yang setiap detik
terjadi. Tindakan Mayjen Soeharto
menghalangi Mayjen Pranoto Reksosamodro menghadap Presiden Soekarno untuk di
daulat menjadi Men/Pangad – jabatan yang kosong sepeninggal Letjen Yani, dan
tindakannya setelah RRI berhasil direbut oleh RPKAD (Resimen Para Komando
Angkatan Darat) dari tangan untung dan
kawan – kawan, dan ia lalu mengambil alih pimpinan AD tanpa Persetujuan
Soekarno merupakan titik kontroversi.
Penggalian mayat para Jenderal yang
dilaksanakan pada tanggal 4 oktober 1965 di bawah publikasi media masa juga
nerupakan kontroversi. Karena lokasi sudah diketahui pada tanggal 3 oktober
1965. Hal ini dianggap di sengaja untuk memancing emosi kaum “reaksioner”.
Titik kontroversi lain adalah dugaan adanya konspirasi antara Letkol untung,
Kolonel Latif, Syam Kamaruzaman dan Mayjen Soeharto? yang kesemua pelaku dalam
gerakan tersebut adalah orang – orang yang dekat dengan Soeharto. Dan Brigjen
Soepardjo yang saat itu secara struktural pun berada di bawah garis komando
Mayjen Soeharto.
Dan pertanyaan mengenai mengapa D.N. Aidit
dibunuh orang – orang Soeharto tanpa sempat diadili. Padahal Aidit sangat di
butuhkan untuk menyingkap tabir G 30 S/PKI.
2.
Kisah
Dan Kesaksian
a.
Para pelaku gerakan
·
Siapakah Letkol Untung?
Letkol Untung bin Syamsuri salah satu tokoh kunci gerakan 30 september.
Merupakan salah satu lulusan terbaik Akademi Militer. Untung menunjukkan
keberanian yang luar biasa pada perebutan irian barat ke pangkuan ibu pertiwi.
Dalam operasi tersebut, untung menjadi anak buah soeharto. Sebelum ke Resimen
Cakrabirawa. Untung sempat bertugas di batalyon 454/Banteng Raiders sebagai
Danyon. Dimana Batalyon ini terlibat dalam G 30 S. ia sempat menghilang setelah
G 30 S terjadi. Dan ia ditangkap oleh anggota Armed (Artileri Medan) TNI – AD
di Brebes Jawa tengah. tapi keterangan ini berbeda dengan versi Soeharto.
Menurut Soeharto untung di tangkap oleh rakyat, bukan anggota ARMED. Hubungan
Untung dan Soeharto memang sangat erat sejak Soeharto menjadi Komandan Untung
di Kodam Diponegoro. Dan indikasi kedekatan lainnya adalah pada saat resepsi
pernikahan untung. Soeharto menyempatkan diri bersama istrinya untuk menghadiri
resepsi tersebut. kedatangan Komandan menghadiri resepsi bawahan itu memang
biasa, tetapi sepertinya memang ada hal khusus yang mendorong Soeharto datang.
Di tinjau dari jarak Jakarta – Kebumen yang jauh. Dan prasarana transportasi
yang terbatas waktu itu.
·
Eksepsi kolonel latif
Menurut Kolonel Latif, Soeharto pada saat itu memainkan peranan bermuka
dua :
Pertama secara gigih Soeharto
membela Soekarno dan mencap gerombolan Untung sebagai kontra revolusi. Lalu
dengan segala macam cara ia mulai memihak pada Dewan Jenderal. Dengan cara
mengutuk sana mengutuk sini terutama yang jelas G 30 S dan orang – orang pemerintahan
Soekarno. Dan dengan jalan ini ia mencari dasar hukum, dan berhasillah ia
mendapatkan apa yang disebut SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret). Setelah
dapat mengadakan konsolidasi dengan berbagai pihak, lalu ia menghantam presiden
Soekarno. Hanya dengan dalih Presiden tidak bisa mempertanggung jawabkan G 30 S
yang menurut Soeharto gerakan tersebut harus di pertanggung jawabkan karena
gerakan tersebut adalah gerakan yang bertujuan melindungi Presiden, padahal
masih ada pendapat lain yang menyatakan bahwa gerakan tersebut di rancang untuk
melakukan kudeta terhadap Presiden. tapi ia menggulingkan soekarno dan
menahannya sampai wafat di tahanan. Setelah berhasil, ia baru melakukan
pembersihan terhadap kalangan ORBA maupun ORLA. Salah satu contoh Jenderal
Nasution yang harusnya mendapatkan penghargaan sebaik – baiknya, malah di geser
tidak mempunyai jabatan sama sekali.
·
Apologi Serma Bungkus
Waktu itu ia diperintah untuk menangkap Jenderal M.T Haryono. Ia
menegaskan pada sesi wawancara dengan seorang reporter “ PERINTAH TENTARA
ITUKAN TEGAS, HIDUP ATAU MATI!. DAN APA YANG DIKATAKAN MENCULIK ITU SALAH,
DIDALAM TENTARA GAK ADA ISTILAH MENCULIK. KALO GAK TANGKAP YA BANTAI “. Ia
mendapatkan perintah untuk membawa hidup atau mati para Jenderal berdasarkan
perintah Lettu Dul Arif. Padahal menurut Latif. Pada saat briefing, para
Jenderal hanya akan di hadapkan dengan Presiden. Ini menjadi pertanyaan.
Mengapa Dul Arif menyinpang dari hasil briefing?. Kemudian, Menurutnya dalam G
30 S ada 2 kubu yang berkonflik. Yaitu DEWAN JENDERAL yang di duga ingin
melakukan kup terhadap presiden. Dan DEWAN REVOLUSI yang diduga pihak yang
melindungi soekarno. yang selanjutnya dituduh sebagai pemberontak.
·
Syam kamaruzaman yang
misterius
Ia
adalah biro khusus PKI. Biro khusus adalah : aparat khusus partai yang
menangani pekerjaan – pekerjaan khusus yaitu, pekerjaan yang tidak dapat
dilakukan melalui biro terbuka yang lain, terutama di bidang militer dan bidang
lainnya yang harus dikerjakan melalui gerakan bawah tanah. Peran syam sangat
penting. Dimana dialah yang mengkoordinir sebagian klik AD untuk melakukan G 30
S. dalam sidangnya ia mengatakan. Operasi rahasia biro khusus berjalan lancar.
Syam mengadakan kontak tetap dengan kira – kira 250 perwira di Jateng, 200 di
Jatim, 80 – 100 di Jabar, 40 – 50 di Jakarta, 30 – 40 di Sumut, 30 di Sumbar,
dan 30 di Bali. Setelah di tahan dan di jatuhi hukuman mati. Keberadaannya
misterius. Banyak tahanan RUTAN Militer Budi Mulia, Jakarta mengatakan. Syam
tidak di eksekusi mati. Tapi di bebaskan dan berganti identitas. Atau malah
pergi keluar negeri. Hal ini tidak lepas dari jasanya terhadap pemerintahan
ORBA dan Jenderal Soeharto. indikasi kedekatan syam dan Soeharto diterangkan
oleh Kolonel Latif. Bahwa ia pernah sama – sama di tahan di LP Cipinang. Di
mana syam bercerita. Bahwa ia mengetahui posisi dimana saja Latif saat
bergerilya pada serangan umum 1 Maret.
·
Eks Brigjen Soepardjo
Waktu
itu ia adalah wakil panglima kolaga. Yang dimana soeharto adalah panglima
kolaga itu sendiri. Dan menurut kabar soeharto pernah berkunjung ke Kalimantan
dimana kedudukan sopardjo berada. Dan pada peristiwa G 30 S soepardjo secara
khusus dari Kalimantan datang ke Jakarta untuk bergabung dengan G 30 S/PKI.
Tapi di duga Soepardjo di jerumuskan oleh seseorang dalam gerakan ini. Karena
ia termasuk orang yang loyal terhadap Presiden. Dan tidak mungkin ikut G 30 S
yang mendemisionerkan kabinet dan tidak mencantumkan Soekarno dalam 45 nama
Dewan Revolusi. Kelak orang – orang yang ada dalam Dewan Revolusi yang di
umumkan oleh untung di RRI ini menjadi buruan Soeharto. dan banyak yang tidak
tahu menahu diantara 45 nama ini apa sebab mereka di masukkan dalam Dewan
Revolusi yang di umumkan oleh Letkol Untung. dimana mereka tidak tahu sama
sekali tentang Dewan Revolusi.
3.
Mereka
Yang Ikut Kena Getahnya
Banyak tokoh yang diduga terlibat G 30 S di ragukan kebenarannya.
Seperti Laksamana Madya Udara Omar dhani dan AURI (Angkatan Udara Republik
Indonesia).omar dhani di duga terlibat karena ia bersikap kooperatif dengan
golongan kiri. Terbukti ketika ia meminjamkan sebagian kompleks halim yakni
lubang buaya untuk latihan militer pemuda rakyat dan ormas lainnya. Dimana
latihan militer tersebut dimaksudkan oleh biro khusus PKI untuk melatih rakyat
sebagai bagian dari gerakan GANYANG MALAYSIA. Omar dhani sebagai pimpinan AURI
salah satu institusi pembela bangsa ini tentu berpendapat latihan tersebut
merupakan hal positif bagi NKRI. Tapi akibat kemurahan hatinya memijamkan
sebagian kompleks halim untuk latihan tersebut, ia malah di tuduh pro PKI dan
terlibat G 30 S.
Adalagi Laksamana Muda Udara Sri Mulyono Herlambang. Pada saat itu ia
berada di sumatera untuk mempersiapkan DWI KORA. Setelah mendengar kabar ia
langsung pergi ke Jakarta. Ia diduga terlibat G 30 S dengan alasan yang tidak
jelas. Yang jelas saat itu AURI sudah di cap negatif oleh khalayak ramai. Pada
saat itu nama sri mulyono ada dalam daftar orang yang di cari KOSTRAD (Komando
Strategi Cadangan Angkatan Darat). Pada saat SUPERSEMAR keluar, di mana saat
itu sedang terjadi pembersihan baik di kalangan militer maupun birokrasi.
Sesuai dengan indikasi soeharto, bahwa setiap orang yang memiliki kaitan dengan
golongan kiri, baik secara langsung atau tidak. Akan di seret ke penjara. Dan
tokoh – tokoh nasionalis yang loyal terhadap soekarno pun di tangkap. Termasuk
sri mulyono.
Mayjen Pranoto Reksosamodro dan Mayjen Moersid. Mereka berdua merupakan
saingan berat Mayjen Soeharto dalam kursi pimpinan AD. Mayjen Pranoto waktu itu
sudah jelas di tunjuk sebagai pengganti Men/Pangad Letjen A. Yani yang gugur,
tetapi dihalangi Soeharto.. Jabatannya waktu itu adalah Asisten III Men/Pangad.
Dan Mayjen Moersid Sebagai (Asisten II Operasi MBAD) yang juga sempat di
perhitungkan Soekarno untuk menggantikan A. Yani. Untuk Meyjen Pranoto. Beliau
di dakwa karena pada waktu itu ia mendapatkan surat dari Kolonel latif yang
meminta perlindungan padanya. Sedangkan Mayjen Moersid di dakwa dengan tuduhan
disuruh presiden untuk membunuh sesama Jenderal. Padahal keterangannya tersebut
tidak benar, Karena menurut mualif nasution. Mayjen Moersid waktu itu disuruh
merangkak di atas batu kerikil oleh penyidik. Untuk mengakui bahwa Presiden
Soekarno memerintahkannya membunuh sesama Jendral. Dan hal ini menunjukkan
juga, tampak jelasnya keinginan para penyidik untuk pengakuan bahwa Soekarno
ikut dalam usaha pembasmian DEWAN JENDERAL.
2.
Hasil
Otopsi Jenazah Korban
Berdasarkan
apa yang di beritakan Media Massa pada waktu itu, yang menyatakan bahwa jenazah
para Jenderal sempat disiksa ada yang di silet dan penisnya dipotong,
berdasarkan pengakuan Dr. Arif Budianto yang tergabung dalam tim forensic yang terdiri
dari tim kedokteran dari RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) dan FKUI, itu
tidak benar. Berdasarkan cerita arif. Saat itu ia dan teman – temannya sudah
takut untuk memeriksa jenazah para korban, karena adanya berita mengenai penis
yang di potong. Tapi apa yang mereka temukan jauh dari apa yang di beritakan.
Jangankan penis yang di potong, bekas irisan saja tidak ada, tukasnya. Dan ada
lagi berita mengenai mata para Jenderal yang di congkel. Mata para Jenderal
memang ada yang copot. Tapi itu karena sudah tiga hari mayat terendam di dalam
sumur, dan bukan karena di congkel. Menurut keterangan arif lagi. Bila
mengatakan jenazah tidak disiksa itu tidak benar. karena mayat itu di tembaki
berkali – kali. Waktu itu berdasarkan keterangan arif. soeharto juga ada di
tempat otopsi. Mengapa ia sebagai PANGKOSTRAD tidak mempublikasikan berita yang
sebenarnya, bahwa jenazah para jenderal tidak ada yang penisnya dipotong dan
matanya di congkel. Apa sengaja untuk memancing amarah masyarakat untuk
meningkatkan amarah dan mendukung soeharto untuk mebersihkan orang PKI dan
orang – orang yang menurutnya bersalah tetapi belum benar kebenarannya.
3. Menyusun Mozaik Dari
Serpihan Yang Berserak
Simpang siurnya akan peristiwa 30
September menjelang 1 Oktober 1965. Atau yang sering disebut G 30 S/PKI, banyak
menimbulkan berbagai macam teori. Ada 6 teori yang berpendapat akan peristiwa
ini. Sebagai berikut :
a.
Pelaku
utama G 30 S adalah PKI dan Biro Khusus
Dengan memperalat unsur ABRI, tokoh
– tokoh biro khusus PKI merencanakan putsch ini sejak lama. Hal ini dilakukan
untuk menciptakan masyarakat komunis di Indonesia. Teori ini tentu di dukung
oleh pemerintahan ORBA yang menerbitkan buku putih pengkhianatan G 30 S/PKI.
Yang menerangkan bahwa PKI melakukan kup d’etat.
b.
G 30 S merupakan masalah internal AD
yang dirancang oleh sebuah klik (kelompok
terbatas). Persiapan gerakan ini di lakukan secara teliti, dengan cara
menyusupi PKI. Inti dalam teori ini adalah bahwa G 30 S merupakan kudeta yang
dirancang oleh klik AD, di bawah pimpinan Soeharto. teori ini cukup masuk akal
karena banyak pelaku G 30 S merupakan orang terdekat Soeharto. dan banyaknya
kejanggalan dari tindakan yang di ambil oleh Soeharto.
c.
G 30 S Digerakkan oleh CIA (CENTRAL
INTELEGENCE OF AGENCY)
Teori ini beranggapan bahwa pelaku
utama G 30 S adalah CIA atau pemerintah AS. Yang bekerja sama dengan klik AD
untuk memprovokasi PKI, dengan tujuan akhir menggulingkan Soekarno. Teori ini
cukup masuk akal sesuai dengan kepentingan AS yang menginginkan jangan sampai
Indonesia menjadi basis komunisme. Karena jika. Indonesia menjadi basis
komunisme di khawatirkan akan terbentuk poros Jakarta-Pyongyang-Beijing yang di
takutkan AS.
d.
Bertemunya
kepentingan Inggris dan AS
Teori ini intinya mensinyalir bahwa
G 30 S adalah “pertemuan” antara rencana Inggris dan AS. Inggris menginginkan agar sikap
konfrontatif Soekarno terhadap Malaysia bisa di akhiri dengan penggulingan
kekuasaan. Dan AS menginginkan Indonesia terbebas dari komunisme.
e.
Soekarno
dalang gerakan G 30 S
Teori ini sangat kontroversial
karena mengamsumsikan Soekarno dalang G 30 S. menurut teori ini Soekarno
menginginkan lenyapnya oposisi sebagian perwira tinggi AD terhadap
kepemimpinannya. PKI ikut terseret karena kedekatannya dengan Soekarno. Padahal
Soekarno bukan dekat dengan PKI. Tapi ia menginginkan Indonesia bersatu, yang
pada saat itu ada 3 golongan besar yaitu Nasionalis, Agamis, Komunis. Dan pada
saat itu Soekarno mengusung konsep NASAKOM untuk membuat Indonesia bersatu dan
kuat.
f.
Teori Chaos
Menurut teori ini tidak ada
individu tunggal G 30 S. semua hanya melakukan Improvisasi sesuai dengan
perkembangan lapangan. Menyusun Mozaik dari serpihan yang berserak : Analisis
Menurut Teori Kepentingan.
Ada beberapa aktor politik yang
memiliki agenda pada tahun 1965. Pertama PKI. Pertama sebagai partai politik
yang legal waktu itu, kepentingannya jelas, yakni merebut kekuasaan. Upaya
kearah itu sudah dilakukan sejak lama. Pemilu 1955 (di mana PKI menduduki
posisi empat besar). Merupakan feedback pertama bagi PKI pasca madiun affair,
betapa mereka bisa mendapatkan simpati rakyat. Menurut versi AD, yang kemudian
banyak dikukuhkan melalui historiografi pada masa ORBA, yang menyatakan bahwa
PKI berusaha mengkomuniskan Indonesia. Tapi tidak semua anggota PKI terlibat
dalam G 30 S. Minimal, tidak terlibat secara langsung. Faktanya, G 30 S
berkembang out of control. Dimana gerakan tersebut bahkan di luar kendali
pimpinan PKI D.N. Aidit.
Aktor berikutnya menurut teori
kepentingan, adalah Angkatan Darat. Secara resmi AD berkepentingan mengamankan
Negara. Dengan Asumsi bahwa kaum komunis rawan terhadap berbagai gejolak dan
instabilitas politik dan kemanan. Pada dekade 60-an memang AD terpecah menjadi
berbagai macam faksi. Tapi pada dasarnya AD bersikap anti komunis. G 30 S
merupakan tikaman tajam bagi AD, di mana para pimpinan teras AD tewas akibat
gerakan ini yang terang – terangan anti komunis. Pertanyaan bahwa PKI otak dari
G 30 S sedikit banyak dapat diterima. (tercermin dari korban yang jelas
menentang PKI). Pertanyaan problematisnya. Mengapa Mayjen Soeharto tidak
termasuk dalam daftar korban PKI?. Hal ini di duga karena kedekatan secara
personalnya dengan beberapa pimpinan operasional G 30 S. hal yang ironis dari
Soeharto pasca G 30 S, adalah dia menyekap Jenderal – Jenderal yang tidak menjadi
sasaran PKI. Seperti Mayor Jendral Moersid dan Pranoto Reksosamodro dengan
alasan bahwa mereka terlibat. Dan bayangkan jika situasi berhasil dikuasai oleh
pimpinan AD lainnya selain Soeharto. pasti Soeharto akan dituduh dengan tuduhan
yang sama. Di tambah kedekatannya dengan beberapa pimpinan operasional gerakan.
Akhirnya aktor politik dalam negeri
yang paling menentukan Indonesia pada tahun 1965 adalah kelompok ORDE BARU.
Dukungan Soeharto dan ORBA menguat seiring ambiguitas sikap bung Karno terhadap
PKI yang menjadi sasaran tembak masyarakat. Bagi soeharto ada kepentingan
sendiri setelah menyadari G 30 S merubah konstelasi politik nasional.
Kepentingan itu adalah untuk menunjukkan eksistensinya. Sebelum G 30 S ia
adalah jenderal marjinal (ingat waktu penyelundupan semasa ia menjadi panglima
diponegoro). Dan menurut banyak pengamat ia memiliki “dendam” tersendiri
terhadap A. Yani, panjaitan, dan pranoto.
·
Momen
penting bagi Soeharto
Sebelum G 30 S Soeharto bukan apa –
apa. Dia hanya di beri jabatan sebagai pimpinan KOSTRAD – kesatuan yang waktu
itu belum terlalu bergengsi. Banyak pengamat memprediksikan karirnya akan
terhenti di sana. Karena banyaknya tokoh AD yang lebih senior dan memiliki
kredibilitas tinggi di mata bung Karno. Jenderal Nasution memang sudah
“dikebiri” sejak di beri jabatan Menko Hankam / KASAB. Jabatan ini hanya
bersifat administratif dan selebihnya hanya simbolik belaka. Nasution tidak
memiliki tongkat komando seperti jenderal Yani. Justru jenderal Yani lah yang
di sebut – sebut akan menggantikan Soekarno. Jadi, G 30 S merupakan blessing in
disguised bagi karir Soeharto. dia mendapatkan beberapa keuntungan sekaligus :
1. Tersingkirnya pimpinan teras
AD berarti melejitkannya ke posisi puncak. Dengan kata lain Soeharto tidak
memiliki saingan lagi. Walaupun masih ada jenderal Nasution. Tapi tampaknya
Nasution kurang siap memegang jabatan pimpinan angkatan darat karena sudah 3
tahun tidak memegang komando, dan trauma akibat jadi sasaran G 30 S sebelumnya.
Tampillah Soeharto dengan cara yang agak sedikit kasar – yakni menolak kehendak
Soekarno untuk menjadikan Pranoto menjadi pengganti A. Yani sebagai pimpinan
AD. Hal ini sempat menjadi perdebatan. Karena bagaimana mungkin seorang Mayjen
membangkang terhadap Pangti.
1. Lemahnya
kepemimpinan Soekarno. Kehadiran Soekarno di halim memberikan indikasi Soekarno
terlibat G 30 S/PKI. Barangkali demi konsep NASAKOM ia rela tetap membela PKI.
Bahwa G 30 S merupakan kesalahan oknum.
2. Adanya G
30 S juga membuat posisi orang – orang yang loyal dengan soekarno menjadi
lemah, termasuk Angkatan Udara. Hal ini semakin menguatkan Soeharto untuk
mengendalikan situasi. Dan menyudutkan Soekarno. Adanya G 30 S ini membuat
Soeharto sebagai public figure yang baru di mata masyarakat.