About Me

My photo
Riwan Sutandi dari manna bengkulu selatan Pendidikan Sejarah UNNES(Universitas Negeri Semarang) 2012, Rombel 2 PRADA.

Blog Archive


Tuesday 13 January 2015

Perpustakaan Pramodya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (Pataba) di Blora, Jawa Tengah,(PATABA)


Siapa yang tidak kenal sosok Pramoedya Ananta Toer, yang dikenal lewat sejumlah karya sastranya. Bahkan, sastrawan asal Blora ini telah memaksa para cendekiawan asing untuk menghormati karya sastra anak bangsa ini. Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (PATABA) yang menempati rumah tua di Jalan Sumbawa 40, Jetis, Blora, mudah dijangkau oleh siapapun yang memang tertarik melihat koleksi Pramoedya. Rindangnya pepohonan dan tanaman lain di halaman rumah berukuran 350 meter persegi itu, seakan tak menyiratkan bahwa di dalamnya terdapat sebuah ruang untuk menyimpan mutiara pengetahuan yang ikut memberi citra positif bagi kabupaten paling timur di Jawa Tengah tersebut di mata dunia.
PATABA memiliki koleksi lebih dari 4.000 eksemplar, yang terdiri atas buku-buku sastra, ilmu-ilmu sosial, antropologi, keagamaan, dan lainnya. Selain itu, tempat tersebut juga memiliki koleksi foto-foto dengan berbagai ukuran yang didominasi foto Pramoedya Ananta Toer, serta beberapa tokoh nasional lain, seperti Ir Soekarno, RA kartini, Tirto Adhie Soerjo, dan juga Ki Samin Suro Sentiko (penyebar ajaran samin).

Pengunjung perpustakaan Pramodya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (Pataba) di Blora, Jawa Tengah, tidak hanya lokal, tapi juga dari mancanegara yang ingin membaca dan studi literatur.
Perpustakaan yang salah satunya melahirkan Lembaga Kajian Budaya dan Lingkungan Pasang Surut ini tidak hanya dikunjungi masyarakat dari dalam negeri, bahkan banyak pengunjung yang berasal dari luar negeri. Dari dalam negeri, tokoh-tokoh yang pernah singgah di Pataba di antaranya, Sindhunata, Ajip Rosidi, Lilo Sunaryo, Djoko Pekik, FX Hoery, Gunawan Budi Susanto, Bowok Kajangan, Babahe Leksono, Muhidin M Dahlan, Imam Bucah, Juwadi, Baskoro, dan tokoh-tokoh dari berbagai komunitas dan lintas agama.
Adapun tamu dari luar negeri yang menyempatkan diri berkunjung yaitu Dr Etienne Naveau (Institut National des Langues et Civilisations Oriantales/Inalco, Perancis), Prof Dr Koh Young Hun (Vice Chairman Korea Association of Malay-Indonesian Studies, Seoul, Korea), serta rombongan mahasiswa dari berbagai negara seperti Australia, Thailand, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, Belgia, dan mahasiswa Seminari Asia-Pasifik.

“Pengunjungnya rata-rata sekitar 100 orang per bulannya, sejak perpustakaan didirikan, setelah Pramodya Ananta Toer meninggal pada 2006,” kata Soesilo Toer, 75, adik Pramoedya Ananta Toer di lokasi perpustakaan, Minggu (9/12), sebagaimana dikutip daring Media Indonesia 10 Desember 2012.
Soesilo Toer menjelaskan tujuan pendirian Perpustakaan Pataba ini merupakan inisiatif pribadinya sebagai usaha mengenang almarhum kakaknya Pramodya Ananta Toer. “Kenangan ini bukan untuk saya pribadi, melainkan untuk seluruh masyarakat yang mengenal Pram (Pramodya Ananta Toer), selaku penulis maupun pribadi dan mereka yang ingin mengenalnya,” paparnya.
Menurut Soesilo Toer, yang juga Pengelola dan Penanggung Jawab Pataba, pengunjung yang datang ke Pataba di Desa Jetis, Blora itu, di antaranya asal Korea, Jepang, Rusia, Belgia, Amerika Serikat, termasuk sejumlah tokoh penulis dalam negeri. “Hanya pengunjung dari Afrika yang belum ada,” ucapnya.
Ia menyebutkan jumlah buku di perpustakaan setempat sebanyak 5.000 buku, mulai sastra, teknik, juga buku yang lainnya, bahkan juga terdapat sejumlah buku berbahasa Rusia.


Buku-buku yang ada di perpustakaan itu, jelasnya, sebagian miliknya, juga buku miliki Pramodya Ananta Toer, dan Koesalah Soebagya Toer, yang juga saudara kandungnya. “Ada juga lima buku terbitan Pataba yang ditulis kalangan pelajar dari berbagai daerah,” jelasnya.
Namun, Soesilo Toer mengaku, tidak hapal judul buku yang ada di perpustakaan setempat dengan alasan belum pernah memilah-milah. “Buku Pramoedya Ananta Toer, termasuk buku mengenai dia yang saya tulis, ada sekitar 200 buku,” katanya, menjelaskan.
Buku-buku di perpustakaan Pataba menempati ruangan seluas 5X4 meter, di bagian samping masih menyatu dengan bangunan rumah di atas tanah berukuran 3.250 meter persegi.
Sementara di bagian depan rumah dimanfaatkan untuk memajang berbagai foto Pramodya Ananto Toer, selain foto di masa kecilnya, juga foto masa tua, dan berbagai foto lainnya termasuk masa remaja Ibu Kartini dengan dua saudaranya. “Foto-foto Ibu Kartini ini asli, masih hitam putih,” ungkapnya, sambil menunjukkan tiga buah foto Ibu Kartini di dalam bingkai secara terpisah.
Sumber: https://sobatperpus.wordpress.com/2012/12/14/di-blora-ada-perpustakaan-pramoedya-ananta-toer-anak-semua-bangsa-pataba/

Museum Mahameru, Blora, Jawa Tengah



Museum Mahameru berada di Jalan Reksodiputro yang berada di kompleks objek wisata tirtonadi, sehingga cukup mudah dijangkau wisatawan karena cukup dekat dengan Alun-alun Blora.

Meskipun kesan pertama ketika melihat bangunannya, tidak nampak sebagai sebuah museum, ketika masuk akan terkagum-kagum karena begitu banyaknya koleksi benda cagar budaya maupun fosil hasil temuan dari sejumlah lokasi di Blora. Koleksi yang ada di bangunan berlantai dua itu, mencapai ratusan buah. 
Di antaranya, fosil kepala kerbau purba yang ditempatkan di depan pintu masuk, kemucuk canda batu, tulang belakang gajah, gigi gajah, arca gansesa, arca unfinish, prasasti kayu, serta koleksi bersejarah lainnya. Museum tersebut juga menyimpan replika wayang krucil yang cukup dikeramatkan, sehingga tidak semua orang bisa melihatnya secara langsung. Pengunjung yang ingin memperdalam pengetahuan tentang arkeologi maupun benda-benda bersejarah lainnya, bisa datang ke museum tersebut. Bahkan, museum yang berkuran tidak terlalu luas tersebut juga memiliki koleksi pecahan keramik yang diperkirakan peninggalan zaman Dinasti Ming, sebagian peninggalan Dinasti Tsung dan Dinasti Tsing. 

Berdasarkan informasi dari pengelola museum, peninggalan benda arkeologi di wilayah Blora cukup banyak jenis maupun kuantitasnya yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Blora.



Potensi benda arkeologi di Blora, mencakup masa prasejarah, masa klasik, masa pengaruh Islam, masa kolonial dan pascakemerdekaan. Namun, rendahnya frekuensi penelitian di wilayah ini menyebabkan belum semua potensi dapat dieksploitasi. 



Museum merupakan suatu tempat yang berguna untuk menampung sejarah dari zaman dahulu bisa disebut museum adalah Gundang Sejarah karena banyak sejarah yang terjadi disimpan dan ditampung di dalam museum.Museum sendiri sudah banyak berdiri di Indonesia mulai dari yang bertema Biologi,Tumbuhan,Hewan dan lainnya,namun pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Museum Mahameru yang terletak di Kota Blora.



Kota Blora memiliki berbagai macam sejarah yang besar dan sering kali ditemui benda benda pra sejarah yang berasal dari zaman purbakala atau pra sejarah.Museum ini memiliki berbagai macam peninggalan yang besar seperti arca arca dari zaman dahulu sampai benda benda pusaka yang juga berasal dari zaman pra sejarah dan banyak orang yang mengunjungi museum ini sebagai tempat untuk mencari referensi belajar.



Museum Mahameru memiliki 2 lantai yakni lantai atas yang berisikan aneka jenis fosil, dan sisa-sisa kehidupan biota purba sedangkan di lantau bawah berisikan koleksi lukisan-lukisan, gerabah-gerabah kuno, hasil seni kuno, dan beberapa koleksi zaman kolonial belanda, beserta foto-foto zaman kolonial Belanda pada masa itu.Temuan temuan itu ditemukan  dan ditatangkan oleh penambang pasir masayarak Blora sendiri dan adapula beberapa orang yang menyumbangkan benda bersejarah kepada pihak museum sendiri.



Blora sendiri merupakan pusat dari kebudayaan karena banyak sekali arca arca yang ditemukan di wilayah itu,pernah sekali ditemukan sebuah kerangka dari Gajah Purba atau Mamoth yang msaih utuh kemudian dikirim ke Museum Nasional Bandung yang dijadikan Aset Nasional.Sebagian besar fosil fosil hewan yang ada di museum tersebut ditemukan oleh penambang pasir di pinggir atau tepi sungai,karena banyak hewan yang encari makan dan minum di tepi tepi sungai.Sama seperti fosil,keramik dan perhiasan yang ada disitu pun juga ditemukan di aliran sungai,diduga karena dulu terjadi bencana besar dan menghanyutkan benda benda seperti keramik,perhiasan dan lainnya sampai ke sungai sungai yang ada di Blora.



Di lantai bawah terdapat beberapa lukisan lukisan yang menggambarkan zaman kolonial Belanda,dan disit juga terdapat kantor untuk membuat dan menerbitkan kabar kabar terbaru dari Museum Mahameru sendiri.

Seharusnya warga Kota Blora merasa bangga karena memiliki Museum Mahameru yang besar dan kaya sekali akan pengetahuan ini,dan memilii nilai filosofis yang sangat tinggi,maka dari itu jika anda belum pernah mengujungi Museum ini silahkan anda kunjungi museum ini.

Sekian ulasan yang dapat saya sampaikan,Terima Kasih sudah membaca ulasan saya kali ini,semoga bermanfaat dan jangan lupaka sejarah karena sejarah merupakan titik tolakan kita untuk meraih masa depan yang gemilang.




Sumber: http://www.promojateng-pemprovjateng.com/detail.php?id=2623 dan http://pecelewongblora.blogspot.com/2014/01/museum-mahameru-blora.html

Sejarah Candi Mendut, Jawa Tengah






Candi Mendut merupakan candi yang terletak paling timur dari garis lurus tiga serangkai candi (Borobudur, Pawon, Mendut). Candi ini didirikan oleh dinasti Syailendra dan berlatar berlakang agama Budha, dimana hal ini ditunjukkan dengan adanya bentuk stupa sebanyak 48 buah pada bagian atasnya.Tidak diketahui secara pasti kapan candi ini didirikan. Namun seorang arkeologi Belanda menyebutkan bahwa didalam prasasti yang ditemukan didesa karangtengah bertarikh 824M dikemukakan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama venunavayang artinya adalah hutan bambu. Jika hal ini benar maka bisa dipastikan Candi Mendut didirikan pada abad ke 8 Masehi.
CANDI MENDUT
Candi mendut

Pada bagian dalam candi ini terdapat ruangan yang berisikan altar tempat tiga arca Budha berdiri. Ketiga arca tersebut mulai dari yang paling kiri adalah Bodhisattva Vajravani, Buddha Sakyamuni dan Bodhisattva Avalokitesvara. Ketiga arca Budha tersebut masih dalam kondisi bagus, beberapa bunga-bunga dan dupa nampak tergeletak dibagian bawahnya. Sebuah pagar besi dibangun dibagian depan arca tersebut untuk menghindari interaksi pengunjung yang berlebihan/tidak berkepentingan atas ketiga patung Budha ini.

Relief-relief yang terdapat pada dinding candi ini masih jelas terlihat bentuk/ukirannya. Relief tersebut mengandung cerita berupa ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang (fabel) sebagai pemerannya. Terdapat cerita "Brahmana dan Kepiting", "Angsa dan Kura-kura", "Dua Burung Betet yang Berbeda" dan "Dharmabuddhi dan Dustabuddhi", yang secara ringkas isi ceritanya adalah sebagai berikut:


[navigasi.net] Budaya - Candi Mendut
Relief bagian belakang candi merupakan relief terbesar pada candi ini menggambarkan Budha Avalokitesvara
"Brahmana dan Kepeting": Menceritakan kisah seorang brahmana yang menyelamatkan seekor kepiting untuk kemudian kepiting ini membalas budi dengan cara menyelamatkan brahmana dari gangguan gagak dan ular.
"Angsa dan Kura-kura": Bercerita tentang seekor kura-kura yang diterbangkan dua ekor angsa kedanau yang baru. Karena emosi dalam menangapi perkataan atas apa yang mereka lakukan, kura-kura melepaskan gigitannya sehingga jatuh ketanah dan akhirnya mati.

"Dua Burung Betet yang Berbeda": Mengisahkan kelakukan dua burung betet yang sangat berbeda karena satunya dibesarkan oleh brahmana dan satunya lagi oleh seorang penyamun.

"Dharmabuddhi dan Dustabuddhi": Dua orang sahabat yang berbeda kelakuannya dimana Dustabuddhi yang memiliki sifat tercela menuduh Dharmabuddhi melakukan perbuatan tercela, namun akhirnya kejahatannya terbongkar dan Dustabudhi-pun dijatuhi hukuman.

Secara kronologis, Candi Mendut ditemukan pada tahun 1836. Kemudian di renovasi pada tahun 1897 dan 1904 pada bagian tubuh candi namun hasilnya kurang memuaskan. Pada tahun 1908 dipugar kembali oleh arkeolog belanda hingga bagian puncaknya dapat disusun kembali. Tahun 1925 sejumlah stupa yang telah dirapihkan, dipasang dan disusun kembali. Luas bangunan secara keseluruhan adalah 13,7x13,7 meterdengan tinggi 26,4 meter.

Sejarah Candi Mendut


Candi Mendut merupakan candi Budha yang dididrikan oleh Raja Indra seorang raja pertama dari trah Dinasti Syailendra pda 824 M, ini artinya Candi Mendut dibangun lebih awal dari Candi Borobudur yang didirikan oleh Raja Samaratungga, Wangsa Syailendra pada 850 M.
Candi mendut terletak di desa Mendut Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, sekitar 8 km sebelum Candi Borobudur. Tinggi Candi Mendut 26,4 meter, menghadap barat daya, memilki 48 stupa kecil-kecil dan terdapat hiasan relief pada tubuh candi berupa pohon kalpataru.
Reflief-relief yang  terdapat pad dinding candi ini masih jelas terlihat. Relief ini mengandung cerita berupa ajaran moral dngan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. ntara lain terdapat cerita Brahmana dan Kepiting, Angsa dan kura-kura, Dua Burung Betet dan Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.

Candi Mendut merupakan lokasi awal proses ritual Waisak, dengan diikuti pengambilan air suci dari Umbul Jumprit, Parakan, Temanggung, serta api suci dari merapen, Grobogan. Puncak upacara Waisak adalah upacara Pradaksina yakni upacara mengelilingi Candi Borobudur tingkat demi tingkat yang dilaksakan di Candi Borobudur tepat pada Purnama Sidhi atau bulan purnama pertama di bulan Mei. Perayaan atau ritual Waisak dapat disaksikan oleh masyarakat luas.


Pada tahun 1834 Candi Mendut mulai mendapat perhatian meskipun mengalami nasib yang sama dengan candi-candi lainnya, yaitu dalam kondisi runtuh dan hancur. Hartman, seorang presiden Kedu saat itu mulai memperhatikan Candi Mendut. Dalam tahun 1897 dilakukan persiapan-persiapan untuk pemugaran. Dari tahun 1901-1907 J.L.A. Brandes melangkah lebih maju dan berusaha merestorasi Candi Mendut dan kemudian tahun 1908 dilanjutkan oleh Van Erp meskipun tidak berhasil merekonstruksi secara lengkap.

J.G. de Casparis berpendapat bahwa Candi Mendutdibangun untuk memuliakan leluhur-leluhur Sailendra. Di bilik utama candi ini terdapat 3 buah arca yang menurut para ahli arca-arca tersebut diidentifikasi sebagai Cakyamuni yang diapit oleh Bodhisatwa, Lokeswara dan Bajrapani. Dalam kitab Sang Hyang Kamahayanikan disebutkan bahwa realitas yang tertinggi (advaya) memanifestasikan dirinya dalam 3 dewa (Jina) yaitu : Cakyamuni, Lokesvara, dan Bajrapani.
Sebagai candi yang bersifat Budhistist, relief-relief di Candi mendut juga berisi cerita-cerita ajaran moral yang biasanya berupa cerita-cerita binatang yang bersumber dari Pancatantra dari India. Cerita tersebut antara lain adalah seekor kura-kura yang diterbangkan oleh dua ekor angsa dan di bawahnya dilukiskan beberpa anal gembala yang seolah-olah mengejek kura-kura tersebut. Oleh karena kura-kura tersebut emosional dalam menanggapi ejekan, maka terlepaslah gigitannya dari tangkai kayu yang dipegang sehingga terjatuh dan mati. Inti ceritanya adalah ajaran tentang sifat kesombongan yang akan mencelakakan diri sendiri.

Sejarah Candi Sambisari, Sleman Yogyakarta




Menikmati bangunan candi besejarah tidak perlu harus berpanas ria dibawah terik matahari yang menyegat. Baik Istana Ratu Boko, Prambanan, Candi Plaosan dan kebanyakan candi lain Petualang harus ekstra berjemur di siang panas, dan waktu yang paling pas adalah sore hari ketika matahari mulai meredup. Namun, berdeda dengan salah satu komplek candi ini, yaitu candi Sambisari. Petualang bisa menikmati keindahan dan kemegahan candi yang indah tanpa harus berpeluh keringat. Taman yang indah nampaknya jadi pilihan yang cocok untuk duduk dan berseda gurau bersama kawan-kawan. Patualang bisa menikmati Candi Sambisari dari ketinggian sehingga akan nampak seluruh komplek candi.

Candi Sambisari menyediakan taman yang luas dan tempat duduk untuk memandang dari kejauhan peninggalan sejarah yang dibuat sekitar abad ke- 9 Masehi. Secara adminstratif, candi Sambisari terletak di Desa Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman Jogjakarta. Nama Sambisari sendiri disematkan pada komplek candi tersebut karena berada di Desa Sambisari. Secara astronomis, Candi Sambirsari terletak di 7° 45’48.13” LS dan 110° 26’46.43” BT. Candi Sambisari ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani yang sedang mencangkul sawah, dan menemukan bongkahan batu yang mempunyai ukiran. Setelah dilakukan penelitian oleh Dinas Purbalaka, ternyata batu tersebut adalah secuil batu kecil dari komplek candi yang sangat besar seperti yang terlihat saat ini.


Candi Sambisari sendiri berada dibawah tanah sekitar 6.5 meter, yang ketika pertama kali ditemukan terpendam oleh material vulkanik Gunung Merapi yang ada berada di sebelah utara candi berjarak sekitar 40 kilometer. Maka jangan heran ketika Petualang mengunjungi candi Sambisari letaknya dibawah permukaan tanah. Ekskavasi candi Sambisari pertama dilakukan pada tahun 1966 oleh Kantor cabang I Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional di Prambanan. Pada tahun 1975 hingga 1977 sudah mulai nampak satu bagunan candi induk dan tiga buah candi perwara (pengawal). Ketika ditemukan candi-candi tersebut sudah dalam keadaan runtuh kecuali pada bagian kaki candi.  Sebagian pagar dan tubuh candi masih utuh dan bagus. Pada tahun 1986 pemugaran secara keselurhan candi sudah usai, namun belum dilakukan penataan taman dan lain sebagainya.

Dilihat dari bentuknya, candi Sambisari merupakan candi Hindu yang dibangun oleh kerajaan jawa kuno Wangsa Sanjaya. Candi Sambisari sendiri terdiri dari 1 (satu) candi utama dan 3 (tiga) candi perwara yang berada persis di depannya. Candi Induk menghadap ke arah barat, mempunyai bentuk bujur sangkar berukuran 13.65 meter x 13.65 meter berketinggian 7.5 meter.  Yang menarik di candi induk adalah adanya batu-batu pipih seperti umpak yang berada selasarnya. Batu-batu tersebut mempunyai tonjolan berbentuk bulan dan persegi. Pada sisi luar candi utama Sambisari terdapat relung-relung yang di tempati oleh beberapa arca, seperti Durga disebelah utara, arca ganesa di sisi timur dan arca Agyasta di sisi sebelah selatan. Yang delematis adalah arca Mahakala dan Nandiswara yang berada di pintu masuk Candi Sambisari hilang dicuri pada tahun 1971.
Disisi depan candi Utama Sambisari terdapat 3 (tiga) buah candi perwara (candi pengawal atau penjaga). Candi perwara disebelah utara dan selatan berukuran 4,8m x 4,8m, sementara Candi Perwara di sisi tengah berukuran 4,9m x4,8m. Komplek candi Sambisari ini sangat besar walau tidak sebesar candi Plaosan yang berukuran 460 meter dan 290 meter, candi Sambisari dikelilingi pagar yang berbentuk mirip persegi berukuran 50 meter dan 48 meter. Selain menemukan komplek candi yang sangat mengah, para peneliti juga menemukan sebuah prasasti yang terbuat dari emas yang berukuran 1 x 2 cm. Selain itu juga ditemukan arca perunggu berukuran 29cm dan 12cm, cawan dari perunggu dan beberapa gerabah kuno.


Untuk mencapai Komplek candi Sambisari sangat mudah. Letaknya hampir berdekatan dengan Candi Sari Kalasan dan candi Prambanan. Petualang hanya tinggal melangkah ke arah barat menuju kota Jogja melewati Kalasan, sekitar 6km atau sekitar 6 menit silakan berbelok ke arah kanan (Balai Diklat Keuangan Jogja). Sekitar 7 menit perjalanan ke arah utara akan didapati candi Sambisari di sebelah kiri jalan. Walaupun bukan merupakan obyek andalan utama di Jogjakarta, namun candi Sambisari juga bisa jadi alternatif berpetualang yang menyenangkan bersama kawan.

Untuk tiket masuk ke area komplek candi Sambisari cukup terjangkau, hanya membayar sebesar Rp. 3.000,-. per orang belum termasuk biaya parkir. Kendaraan bisa parkir di depan loket karcis atau masuk ke dalam bersebelahan dengan museum mini candi Sambisari. Museum ini menceritakan bagaimana proses dan alur ekskavasi, dimulai dari penemuan, pemugaran hingga jadi seperti saat ini yang terlihat. Juga ada peta sederhana tentang situs-situs candi yang menyebar di seluruh Jogja, baik yang kecil atau besar.

Sumber: https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-candi/jelajah-candi/candi-sambisari-ratusan-tahun-berselimut-vulkanik-merapi/


Sepintas tentang Gunung Sindoro


Gunung Sindara, biasa disebut Sindoro, atau juga Sundoro (altitudo 3.150 meter di atas permukaan laut) merupakan sebuahgunung volkano aktif yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dengan Temanggung sebagai kota terdekat. Gunung Sindara terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing.

Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuahkubah lava kecil menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik).




Sejarah Letusan
Sejarah mengenai letusan yang terjadi di Gunung Sindoro tidak banyak diketahui, namun letusan baru mulai tercatat sejak Abad ke-19. Berikut ini adalah daftar letusan maupun peningatan aktivitas vulkanik Gunung Sindoro yang terjadi sejak Abad ke-19 Masehi :

·         1806?  : Letusan di puncak gunung. Masih disangsikan kebenarannya.
·         1818  : Terjadi letusan abu yang menyebar hingga Pantai Pekalongan. Bulan tidak diketahui.
·         1882  : Terjadi letusan abu di Gunung Kembang. Abunya jatuh hingga di Kebumen. Antara 1-7 April kemungkinan terjadi leleran lava di lereng barat laut.
·         1883?  : Peningkatan aktivitas vulkanik. Kemungkinkan terjadi letusan pada bulan Agustus.
·         1887  : 13-14 November. Terdengar suara ledakan.
·         1902  : 1-25 Mei. Kegiatannya terbatas pada bualan lumpur dan lontaran batu pijar yang jatuh kembali di lubang letusan.

·         1903  : 16-21 Oktober. Letusan di rekahan kali Prupuk di atas Gunung Kembang, di antara ketinggian 2850-2980 meter (letusan samping). Hujan abu sampai di Kejajar dan Garung.
·         1906  : 22 September-20 Desember. Letusan di rekahan S1 dan terbentuknya K5 di selatan dataran pasir Z1. Pada 25 September, terjadi hujan abu di Kledung. Tanaman banyak yang rusak, rumah penduduk terbakar.
·         1908  : 10 Februari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Terdengar suara gemuruh.

·         1910  : Januari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Di Temanggung kadang-kadang terdengar suara gemuruh.
·         1970  : Setelah beristirahat selama kurang lebih 60 tahun, terdapat lagi kenaikan aktivitas vulkanik tanpa menghasilkan suatu letusan. Adapun urutannya adalah sebagai berikut :
·         21 Oktober kira-kira pukul 05.30 dan pada 28 Oktober kira-kira pukul 06.30, terasa bumi bergetar di Kampung Sigedang di lereng barat laut, kurang lebih 4,5 km jauhnya dari puncak.
·         29 Oktober. Mulai tampak asap putih tipis mengepul dari lubang letusan lama.
·         1 November. Kira-kira pukul 06.00, tampak asap putih tipis lurus mengepul ke atas.
·         2 November. Pada pagi hari kira-kira pukul 06.00 Tampak asapnya menebal. Antara pukul 09.00 hingga 14.00 terdengar suara blazer.
Di malam hari tampak asap berwarna merah di atas Gunung Sindoro, kemudian di siang hari asap putihnya menipis kembali.

Hamidi dan Hadian (Juni 1973), telah melakukan pendakian puncak, demikian pula Reksowirogo, tetapi tidak tampak bekas peningkatan aktivitas vulkanik tersebut.
·        2011  : November 2011 - 30 Maret 2012. Terjadi semburan asap solfatara di beberapa tempat pada dinding dan dasar kawah utama. Aktivitas kegempaan juga mengalami peningkatan sejak bulan November 2011.

Karakter Letusan
Dari sejarah dan endapan hasil letusannya, diperkirakan letusan tipe strombolian mendominasi karakter letusan Gunungapi Sindoro.

Peningkatan Aktivitas Vulkanik, Desember 2011
PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) meningkatkan status Gunung Sindoro dari Aktif Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II), terhitung mulai 5 Desember 2011 pukul 20.00 WIB. Peningkatan aktivitas Gunung Sindoro teramati dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal. Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik Dangkal mulai meningkat bulan November 2011, dan cenderung mengalami peningkatan hingga Desember 2011.

Hasil dua kali pengamatan visual dan pengukuran suhu di kawah puncak pada beberapa titik di sekitar kawah, yaitu tanggal 26 November 2011, dan 2 Desember 2011, menunjukkan adanya kepulan asap dari fumarol dengan temperatur rata-rata sebesar 75 °C pada 26 Oktober, dan 95 °C pada 2 November. Pada tanggal 2 November tinggi asap fumarol sudah melewati bibir kawah gunung (sekitar beberapa puluh meter) dengan tekanan asap lemah-sedang.
Status Gunung Sindoro kembali diturunkan menjadi Aktif Normal (Level I) pada 30 Maret 2012, terhitung mulai pukul 14.00 WIB menyusul terjadinya penurunan aktivitas vulkanik secara visual maupun kegempaan. Dari hasil pengamatan, teramati aktivitas vulkanik secara visual maupun kegempaan cenderung mengalami penurunan dan tidak mengalami peningkatan.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sindara

Friday 9 January 2015

FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR SISWA

FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR SISWA

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Pembelajaran Sejarah I
Dosen Pengampu :
Ba’in

oleh :
Intan Wahyuningsih (3101412077)
Riwan Sutandi (3101412084)

Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah syukur selalu terucap untuk Allah SWT, yang tidak pernah lelah melimpahkan nikmatnya kepada hambanya dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di bumi. Shalawat dan salam teruntuk Nabiallah Muhammad Saw., manusia biasa yang menjadi luar biasa karena kebiasaan-kebiasaannya, yang tentuya kita nantikan syafa’at nya di hari akhir kelak.

Alhamdulillah pula terucap atas terselesaikannya makalah kami yang berjudul faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Akhirnya, harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya. Dan kami sadar, tidak ada gading yang tak retak. Maka, kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan kami kedepan dalam menyusun makalah.


Semarang, 17 September 2014
Tim Penyusun









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN...............................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................
BAB 2
PEMBAHASAN..................................................................................................
A.    Pengertian Hasil Belajar.................................................................................
B.     Faktor Internal yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa.............................
C. Bagaimana Faktor tersebut mempengaruhi ....................................................
III. PENUTUP......................................................................................................
 Kesimpulan...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan dalam kehidupan. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan individu, perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu dan luar individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya yang kelihatan, karena aktifitas belajar yang telah dilakukannya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian dari hasil belajar?
2.      Apa saja faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa?
3.      Bagaimana faktor internal tersebut berpengaruh bagi siswa?

C.     TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca tentang faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar serta mengapa faktor tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa. Tidak hanya itu, tujuan yang lain adalah untuk memenuhi tugas Manajemen Pembelajaran Sejarah I. Adapun setelah disusunnya makalah ini, kami berharap dapat bermanfaat bagi pembaca sebagaiman yang kami jadikan tujuan. Yakni memberikan informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Serta terpenuhinya tugas Manajemen Pembelajaran Sejarah I.




BAB 2
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta didik mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut baik untuk individu maupun kelompok belajar. Perolehan aspek-aspek perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

B.     Faktor Internal yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Namun dalam pembahasan ini hanya mengulas mengenai faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang bersumber pada diri siswa sendiri. Faktor internal terdiri dari kecerdasan siswa atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan.
Untuk lebih terperinci lagi faktor internal tersebut di bagi dalam dua pembagian yaitu :
a.       Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis merupakan faktor pengaruh dari jasmani siswa. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa atau peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b.      Faktor Psikologis
Faktor Psikologis merupakan faktor pengaruh dari psikologi siswa dalam perkembangan, perbedaan individu, pengukuran, belajar maupum motivasi siswa tersebut. Jelas setiap individu dalam hal ini siswa atau peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, sikap dan daya nalar bagaimana peserta didik tersebut berfikir, ingatan, pengamatan.
Untuk faktor psikologis yang meliputi beberapa hal tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a.)    Intelegensi (IQ)
Intelegensi atau kecerdasan siswa adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik  dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110 - 140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 ke atas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar. Karena hal tersebut intelegensi atau kecerdasan siswa juga berpengaruh pada proses dan hasil belajar.

b.)    Perhatian
Penjelasan menganai perhatian dari siswa, tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.

c.)    Minat
Penjelasan selanjutnya adalah minat dari siswa atau peserta didik itu sendiri. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d.)   Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar.Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

e.)    Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

f.)     Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a.       Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
c.       Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

g.)    Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empati, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang dia punya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

h.)    Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.


i.)      Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni pertama menerima  kesan, kedua menyimpan kesan, dan yang ketiga adalah memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh dalam pelajaran sejarah seperti mengingat nama-nama pahwalan dari mana asal pahlawan tersebut dan apa saja jasanya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, setiap siswa atau peserta didik pasti memiliki cara mengingat dan menghafal hal tersebut dengan cara mereka sendiri-sendiri. Ada yang memang benar-benar sekedar mengingat dan ada pula yang benar-benar paham sejarahnya sehingga ingatan tersebut akan kuat jika suatu saat harus dimunculkan. Sedangkan jika hanya sekedar menghafal pasti juga akan lebih mudah untuk melupakan apa yang telah dipelajari oleh peserta didik.

j.)      Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah diantara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Dalam sejarah sendiri dapat dicontohkan dengan belajar secara langsung di lapangan seperti mendatangi museum dan belajar sejarahnya atau ke candi-candi dan situs-situs bersejarah. Selain itu dalam pengamatan juga dapat mengunakan media visual seperti video mengenai sejarah atau menonton film-film yang bersejarah lalu peserta didik atau siswa mampu mengambil pelajaran dari cerita sejarah tersebut.

C.     Bagaimana faktor internal tersebut berpengaruh bagi siswa
Faktor internal memang sangat berpengaruh bagi siswa. Seperti dijelaskan di faktor internal Fisiolokis dan Psikologis dimana faktor Fisiolokis yang terdiri dari Penglihatan, Pendengaran, dan Postur Tubuh hal ini sangat berpengaruh, bagaimana? Dimulai dari faktor Fisiolokis, jika penglihatannya kurang baik pada siswa tersebut maka siswa tersebut akan susah dalam memperhatikan apa yang ditulis ataupun slide yang ditampilkan di power point gurunya dan hal ini menghambat siswa tersebut dalam menangkap pelajaran yang disampaikan, begitupun dengan pendengaran dan postur tubuh. Untuk faktor internal psikologis juga berpengaruh yang terdiri dari IQ, minat, cara berfikir, pengamatan, ingatan dll. Hal itu sudah dijelaskan di pembahasan faktor Psikologis di atas.














PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan siswa dalam mengikuti Pembelajaran ada banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, baik faktor dari dalam diri (internal) maupun dari luar (Ekternal). Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh, di makalah ini membahas tentang Faktor Internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal yang terdiri dari Fiskiologis dan Psikologis dimana dari faktor-faktor tersebut mempunyai atau terdiri dari bagian-bagian tersendiri seperti Fisik yang terdiri dari penglihatan,pendengaran,dan masih banyak yg lain dan Psikologis terdiri dari IQ, minat, cara berpikir, pengamatan dll dimana hal-hal tersebut jika ada yang kurang akan menjadi sangat berpengaruh dari hasil belajar siswa. Selain peran guru faktor internal juga harus di perhatikan oleh seorang guru guna perkembangan hasil belajar siswa tersebut menjadi lebih baik.













DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i, A dan Catharina T.A., 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Syah Muhibbin, 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Lansadan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda

Abdil Rahman Sholeh, 2008. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Recana


4 SISWA SMPN 9 KAUR MEWAKILI KAB.KAUR DI IGORNAS TINGKAT PROVINSI BENGKULU

Siswa SMPN 9 Kaur kembali menorehkan prestasi di Kabupaten Kaur. Kegiatan IGORNAS yang akan diselenggarakan dari tanggal 22 Nove...